Terletak di kaki Gunung Halimun, Desa Cibeber Kabupaten Lebak , kawasan ini dikelilingi oleh 4 (Empat) desa adat lainnya yaitu Desa Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar. Untuk menuju ke Masyarakat Adat Cisungsang memerlukan waktu 5 jam dari kota Rangkasbitung Kab. Lebak atau berjarak ± 175 Km dari pusat Provinsi Banten. Kondisi jalan menuju lokati tersebut cukup baik dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. | |
Cisungsang memiliki luas ± 2.800 km2 dengan jumlah penganut adat Cisungsang 11.000 jiwa dan ini tersebar di kota-kota di Indonesia. Nama Masyarakat Adat Cisungsang pada awalnya berasal dari nama salah satu sungai yang mengalir dari Talaga Sangga Buana. Talaga ini mengalir ke 9 (sembilan) sungai yaitu Sungai Cimadur, Ciater, Cikidang, Cisono, Ciberang, Cidurian, Cicatih, Cisimeut, dan Cisungsang. Kebudayaan Masyarakat Adat Cisungsang Kawasan ini dipimpin oleh seorang Kepala Adat, yang penunjukannya melalui proses wangsit dari karuhun. Kepemimpinan ini telah terjadi 4 generasi yaitu generasi pertama oleh Embah Buyutyang berusia ± 350 tahun, generasi kedua oleh Uyut Sakrimberusia ± 250 tahun, generasi ketiga oleh O/otSardaniberusia ± 126 tahun dan generasi keempat oleh Abah Usepyang sekarang berusia 35 tahun, dimana beliau mulai memegang tampuk pimpinan pada usia 19 tahun. Abah Usep ini selain menjadi kepala adat beliau mempunyai keah/ian di bidangsupranatura/ yaitu bisa membaca pikiran orang, Dalam menjalankan pemerintahannya Abah Usep dibantu oleh 87 Rendangan artinya orang yang ditunjuk secara turun temurun yang merupakan perwakilan dari kepala adat. Sedikit berbeda dengan masyarakat adat Baduy, masyarakat adat Cisungsang lebih terbuka terhadap perkembangan saat ini, ditandai dengan adanya penerangan listrik, bentuk rumah, bertani sudah menggunakan alat-alat yang modern dan media elektronik sudah ada seperti TV, Radio, Tape Recorder, Telepon dan Satelit. Namun tentu saja tanpa meninggalkan budaya asli leluhurnnya seperti bentuk rumah tradisi yaitu rumah kayu berbentuk panggung dengan alat memasak tungku (hawu) yang di atasnya dilengkapi tempat penyimpanan alat-alat dapur disebut Paraseuneu. Pakaian adat masyarakat adapt Cisungsang adalah Pakaian dengan 2 warna Hitam dan Putih (Hideung Bodas) mengandung arti yaitu hideung yang berasal dari kata hideng yang berarti cerdas, cepat mengerti. Sedangkan bodas artinya putih bersih, suci jadi harus mempunyai hati yang bersih. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani, berdagang bahkan setelah dipimpin oleh Abah Usep, sebagian besar anak mudanya menjadi pekerja buruh ke kota-kota terutama ke Jakarta dan Sukabumi. | |
Religi/Kepecayaan Masyarakat Adat Cisungsang menganut Agama Islam namun dalam mengatur kesehariannya mereka juga memiliki hukum adat, yang berpedoman pada wangsit dari karuhun melalui Kepala Adat (Abah Usep), karena itu mereka sangat menjaga dan mematuhi larangan-larangan dan kewajiban dari kepala adat karena diyakini akan terjadi sesuatu (kualat) jika melanggar. Ritual Masyarakat Adat Cisungsang sangat mengagungkan Padi (pare)/Saripohaci/ Dewi Sri, dengan keyakinan bahwa padi ini sebagai sumber kehidupan mereka maka masyarakat ini selalu mengadakan upacara-upacara/ritual¬ritual untuk mengagungkan padi diantaranya dari menanam padi sampai menyimpan padi harus mengadakan selamatan yang disebut dengan NgamumulePare (memelihara pa di). Rangkaian Ritual dalam rangka Ngamumule Pare:
Atraksi dan Fasilitas Bagi para wisatawan yang penat dengan rutinitas keseharian, kawasan sejenis ini sedang menjadi trend alternatif, yang sangat tepat dalam ‘merecovery’ sekaligus pembangkit jiwa petualangan anda, tentu dengan suguhan alam asri, dalam balutan budaya masyarakattradisional. Sekaligus nikmati pula fasilitas tradis/onal home stay dengan harga yang sangat terjangkau |
0 komentar:
Posting Komentar
JANGAN LUPA COMMENT nya MAS BRO DAN MBA BRO...