Senin, 17 Oktober 2011

Prosesi Pernikahan Adat Palembang

Bagi calon pengantin, urusan memilih konsep prosesi pernikahan bukan perkara sederhana. Apalagi jika keluarga punya andil besar dalam pernikahan. Baik dari segi dana maupun tradisi yang harus diwariskan kepada anak.

Anda yang berdarah Sumatera memiliki konsep pernikahan melayu sarat tradisi dan makna. Palembang punya ciri khas tersendiri yang tak kalah uniknya. Ritual pernikahan tradisi kesultanan masih kuat menempel dalam keluarga Palembang.

Zainal Arifin, penerus tradisi Songket Palembang, keturunan dari Sultan Mahmud Badaruddin, mengaku masih mempertahankan prosesi pernikahan khas Palembang di bawah arahannya. Pemilik brand ZainalSongket ini memberikan jasa perencana pernikahan (wedding organizer) khas Palembang. Pilihannya bisa adat tradisi utuh termasuk busana pengantin, atau modifikasi dengan memberikan pilihan gaun pengantin yang lebih modern.

"Tata cara pernikahan pada umumnya masih menggunakan adat tradisi secara utuh," papar Zainal kepada Kompas Female.

Zainal mengakui, prosesi sesuai adat-istiadat keluarga besar kesultanan Palembang membutuhkan minimal tiga hari, bahkan hingga dua minggu untuk pelaksanaannya.

"Faktor waktu juga yang membuat banyak orang mempertimbangkan kembali untuk mengikuti prosesi sesuai adat-istiadat. Namun tak sedikit juga yang masih mempertahankan tradisi dan menyesuaikan dengan kebutuhan, misalkan jika pelaksanaan pernikahannya di gedung," Zainal menjelaskan.

Zainal lebih menyarankan agar prosesi lengkap pernikahan adat Palembang dilakukan di rumah, karena pertimbangan waktu tersebut. Pembagian waktu garis besarnya adalah untuk prosesi lamaran (biasanya dilakukan tiga bulan sebelumnya), akad nikah, munggah, dan resepsi.

Suasana dan makna religi sangat kental dalam prosesi pernikahan Palembang. Hampir di setiap tahapan mengandung pengharapan dan doa. Prosesi hingga barang hantaran juga punya makna mendalam, terkait dengan kehidupan rumah tangga, etika, serta kewajiban dan hak suami-istri.

Nilai budaya yang diyakini bisa membawa biduk rumah tangga bahagia, tergambar dalam setiap gerak dan tahapan prosesi. Calon pengantin perempuan pun harus belajar tari, untuk persembahan kepada pasangannya sebagai tahap akhir prosesi.

Tarian merupakan bentuk pelepasan masa lajang dari sang pengantin perempuan. Tandanya, si perempuan perlu mengkomunikasikan kepada pasangannya jika ingin beraktivitas di luar ranah domestik.

Tahapan pernikahan adat Palembang secara berurutan dan terkait terdiri atas:
Madik (melihat). Utusan dari pihak keluarga pria berkenalan dengan pihak keluarga wanita untuk mengetahui asal-usul dan silsilah keluarga.
Menyenggung. Utusan pihak pria secara resmi membawa hantaran yang disebut tenong atau sangkek.
Ngebet (diikat). Keluarga pihak pria berkunjung dengan membawa tenong tiga buah pertanda nemuke kato, atau kedua pihak telah sepakat dan perempuan sudah diikat.
Berasan (bermusyawarah). Musyawarah untuk menentukan apa yang diminta pihak wanita, dan yang diberikan pihak lelaki. Selain itu menentukan adat yang akan dilaksanakan (dari lima pilihan adat). Tahapan ini sarat dengan pantun.
Mutuske Kato. Pertemuan kedua keluarga untuk membuat keputusan terkait dengan ritual dan prosesi pernikahan, termasuk hari pernikahan.
Nganterke Belanjo. Mirip serah-serahan dalam tradisi Jawa, dilakukan sebulan sebelum munggah.
Ritual menjelang akad nikah. Ritual yang dilakukan calon pengantin wanita untuk kesehatan, kecantikan, dan lambang magis yang dipengaruhi kepercayaan tradisi.
Akad nikah. Dilakukan di rumah calon pengantin pria, jika dilakukan di rumah calon pengantin wanita dikatakan "Kawin Numpang".
Munggah. Puncak acara perkawinan adat Palembang. Melibatkan kedua belah pihak dan juga tamu undangan. Prosesi dimeriahkan dengan tabuhan rebana mengiringi pengantin pria, silat, adu pantun, dan sejumlah prosesi lainnya yang sarat makna seperti buka tirai (tanda pertemuan pertama lelaki dengan wanitanya), dan diakhiri dengan persembahan tari dari pengantin wanita.
 
Jika diperhatikan, baik dari segi bahasa maupun prosesinya, ritual kesultanan Palembang memiliki kemiripan dengan keraton Jawa. Budaya tradisi memang tak jauh dari akar sejarah. Kerajaan Sriwijaya menjadi target sasaran Majapahit menguasai nusantara. Akhirnya, budaya Jawa (Majapahit) mempengaruhi Sriwijaya.

Paduan budaya inilah yang membuat prosesi pernikahan khas Palembang menjadi unik dan menarik, ditambah lagi pengaruh Cina, Arab, dan juga Hindu yang memperkaya adat istiadat dan busananya.

0 komentar:

Posting Komentar

JANGAN LUPA COMMENT nya MAS BRO DAN MBA BRO...